PRESENTASI BISNIS TIDAK HARUS RIBET
Selama 6 tahun berturut-turut saya pernah menjadi mentor Public Speaking sebuah perusahaan. 10 Pegawai berprestasi diutus mewakili perusahaan dalam sebuah lomba. Mereka harus bicara depan para juri dan mempertahankan pendapatnya. Tidak lupa lengkap dengan power point yang komprehensif.
Pada tahun ke 4 saya mengajar, saya berjumpa dengan seorang peserta yang cukup unik. Gayanya urakan, kosa kata nya tidak sempurna, dan sering lupa topik. Saya memanggil nya Oom Koboi. Habis, Koboi banget gayanya.
Melatih Oom Koboi ini perlu kesabaran yang luar biasa. Kenapa Oom Koboi ini harus ikut lomba? Oom Koboi adalah salesman yang selalu melebihi target penjualan. Ini adalah bentuk apresiasi perusahaan. Tapi perusahaan paham jika Oom Koboi tidak menang.
Pada suatu malam, Oom Koboi datang ke rumah saya dengan wajah putus asa. Saya pun sudah tidak mungkin memaksa Oom Koboi untuk berlatih keras. Perlombaan tinggal besok!
Nasihat saya hanya satu, “storytelling” saja dari isi paparan. Powerpoint kita ringkas hanya jadi 5 slides. 2 slides pembukaan dan penutupan. 3 slides bercerita tentang pemikiran Oom Koboi. Kata-kata sulit, dan kalimat rumit kita hapus.
Malam itu saya tidak bisa tidur. Memikirkan Oom Koboi besok menghadapi perlombaan.
2 minggu kemudian, saya mendapat kabar Oom Koboi mendapat gelar juara 2! Saya telpon salah seorang juri yang kebetulan saya kenal. Koq bisa jadi juara 2? Sang juri berkata, Oom Koboi menyalahi semua teori presentasi. Tapi, “Storytelling” nya disampaikan dengan runut, intonasi nya terdengar tulus, dan gaya nya santai. Hal ini sungguh memukau para juri, yang sudah “lelah” menghadapi peserta lomba yang gayanya dibuat-buat, terasa palsu alias “fake” dan “over confident”.
Sebuah catatan baru dalam buku harian saya. Audiens selalu merindukan “Storytelling” yang natural dan ingin mendengar suara hati yang jujur dari seorang presenter. Bukan yang “sugar coated”! Presentasi terlalu sempuna, ternyata buat jarak bagi audiens nya.